Lawutv-Jakarta - Ancaman generasi emas 2045 menjadi tantangan serius bagi Indonesia. Masalah kemiskinan dan minimnya akses pangan bergizi mengakibatkan 22 dari 100 bayi mengalami stunting.
Riyono, Anggota Komisi IV DPR RI, menggagas program Gemari (Gerakan Makan Ikan) dengan program 'One Day One Fish' atau satu hari satu ikan sebagai solusi strategis untuk menekan angka stunting dan meningkatkan kesejahteraan ekonomi, terutama di wilayah pesisir.
Wilayah pesisir menjadi perhatian utama karena tingginya angka kemiskinan ekstrem di sana. Dari 212 kabupaten/kota yang menjadi target pengurangan kemiskinan pada 2022, sebanyak 69,3% merupakan daerah pesisir.
“Penduduk 1,3 juta di pesisir, yang sebagian besar adalah ibu nelayan, sangat berpotensi melahirkan generasi stunting. Perlu langkah ekstrem untuk menuntaskan stunting dengan kebijakan yang konsisten serta sistemik,” kata Riyono.
Stunting, yang didefinisikan sebagai masalah kurang gizi kronis, berdampak pada pertumbuhan fisik dan kecerdasan anak. Target nasional untuk menurunkan angka stunting menjadi 14% pada 2024 dinilai sulit tercapai. Riyono melihat ikan sebagai kunci.
“Ikan sebagai sumber protein dengan kandungan Omega 3, Omega 6, dan Omega 9 sangat relevan untuk mencegah stunting dan mendukung penanganan gizi buruk. Program 'One Day One Fish' penting dilaksanakan oleh keluarga Indonesia untuk menekan angka stunting secara signifikan,” tegasnya.
Saat ini, konsumsi ikan nasional berada di angka 55 kilogram per kapita pada 2021. Program ini bertujuan mendorong peningkatan konsumsi ikan menjadi 62,5 kilogram per kapita pada 2024, bahkan mendekati standar Jepang (120 kilogram) atau Malaysia (80 kilogram).
“Penurunan angka stunting 7% dalam satu tahun harus didorong dengan konsumsi ikan minimal 5–8 kilogram per bulan atau 60–100 kilogram per tahun. Ikan yang baik untuk anak antara lain ikan kembung, salmon, nila, tuna, cakalang, gabus, dan lele,” jelas Riyono.
Selain manfaat kesehatan, 'One Day One Fish' memiliki dampak ekonomi yang signifikan. "Jika masyarakat Indonesia yang berjumlah 260 juta jiwa rutin mengonsumsi ikan, kebutuhan tahunan akan mencapai 13–20 juta ton. Dengan harga rata-rata Rp 5.000 per kilogram, potensi ekonomi bisa mencapai Rp 780 miliar per tahun," tambah Riyono.
Lebih dari sekadar gerakan konsumsi, program ini juga memberi dampak langsung pada kesejahteraan nelayan. Dengan peningkatan permintaan ikan, nelayan diharapkan dapat bangkit dari kemiskinan dan berkontribusi pada perekonomian nasional.
“Dua alasan utama ini, yakni pencegahan stunting dan peningkatan ekonomi sudah cukup untuk mendorong 'One Day One Fish'. Mari kita dukung program ini demi Indonesia emas 2045,” tutup Riyono.
0 Komentar