Trenggalek Il lawutv.com-
Pemerintah Kecamatan Dongko Kabupaten Trenggalek Menggelar acara Upacara Adat Ngetung Batih ini adalah untuk Menyambut datangnya Warsa Enggal Sura JE. 1958.1446 H. 2024 M. Acara ini di gelar di Lapangan Cangkring Kecamatan Dongko Kabupaten Trenggalek.Minggu,( 07/07/24).
Sejarah singkat Ngetung Batih yang di himpun awak media Lawutv.com dari sesepuh desa Dongko. Ngetung Batih adalah upacara adat tradisi masyarakat di Kecamatan Dongko Kabupaten Trenggalek yang di laksanakan turun temurun. Kata ngetung batih berasal dari bahasa jawa, ngetung berarti menghitung dan batih berarti anggota keluarga. Ngetung batih di laksanakan setiap tahun di bulan suro yang di maknai sebagai bulan keselamatan dan merupakan bulan suci sakral serta penuh berkah, sehingga di manfaatkan oleh para leluhur untuk mencari keuntungan ( ngalap berkah ).
Upacara adat ngetung batih bermula pada saat pemerintahan Sultan Agung Hanyokrokusumo yang pemerintah di tahun 1613-1645 M, Sultan Agung ke-3 kerajaan Mataram. Beliau mengadakan Dekrit menentukan tahun baru Jawa di mulai tanggal 1 Suro di bersamakan dengan tahun baru Hijeriyah tanggal 1 Muharam dan di ikrarkan pada hari Jumat Legi Mongso Kaso ( Mongso Satu ) tahun 1555 Saka Jawa yang bertepatan dengan tahun 1043 Hijeriyah.
Pada saat pemerintahanya, beliau menyuruh prajuritnya yang bernama Joko Slewah dan saudara seperguruannya Ki Kambeng dan Ki Tuan Syeh Sho Semito untuk pergi ke wilayah Timur Jawa bagian selatan untuk mencacah jiwa, hingga sampailah di wilayah Kecamatan Dongko,
Lalu mereka mendirikan Pesanggrahan untuk tempat beristirahat.Kemudian mereka bertiga bersilahturohmi ke rumah warga dan pada saat itu mereka menerima keluhan warga, bahwa di Dongko ( zaman dahulu ) sering ada anggota keluarga ( batih ) pada saat keluar rumah lama tidak kembali.Ternyata tidak tahu jalan kemana harus pulang.lebih lanjut bisa baca Sejarah Singkat Ngetung Batih Di desa Dongko Kecamatan Dongko Kabupaten Trenggalek juga masih ada Sejarah Singkat Turonggo Yakso.
Upacara adat Ngetung Batih ini yang di jadwalkan dihadiri oleh Pendiri Musium Rekor Dunia Indonesia ( MURI ),Bupati Trenggalek Nur Arifin, Forkopimda, OPD, Forkopimcam Dongko dan Pemerintahan Desa Dongko.
Rangkaian upacara adat Ngetung Batih ini di gelar dan di ikuti 2.781 lebih besar yang di ajukan ke rekor MURI yang sebelumnya 2.500 peserta. Tarian jaranan ini di ikuti oleh Anak - anak mulai dari murid SD,SLTP,dan SLTA se Kecamatan Dongko. Pada saat acara inti di mulai di barengi turunnya hujan yang sangat deras, namun tidak mengurangi kesakralan menari Turonggo Yakso. Dan akhirnya acara usai di lanjutkan pengumuman dari perwakilan Rekor Muri,untuk menyampaikan hasil penilaianya yaitu, Tarian Turonggo Yekso masuk Rekor MURI 2024.
Writer: Khus_reog,Ambar
Pemerintah Kecamatan Dongko Kabupaten Trenggalek Menggelar acara Upacara Adat Ngetung Batih ini adalah untuk Menyambut datangnya Warsa Enggal Sura JE. 1958.1446 H. 2024 M. Acara ini di gelar di Lapangan Cangkring Kecamatan Dongko Kabupaten Trenggalek.Minggu,( 07/07/24).
Sejarah singkat Ngetung Batih yang di himpun awak media Lawutv.com dari sesepuh desa Dongko. Ngetung Batih adalah upacara adat tradisi masyarakat di Kecamatan Dongko Kabupaten Trenggalek yang di laksanakan turun temurun. Kata ngetung batih berasal dari bahasa jawa, ngetung berarti menghitung dan batih berarti anggota keluarga. Ngetung batih di laksanakan setiap tahun di bulan suro yang di maknai sebagai bulan keselamatan dan merupakan bulan suci sakral serta penuh berkah, sehingga di manfaatkan oleh para leluhur untuk mencari keuntungan ( ngalap berkah ).
Upacara adat ngetung batih bermula pada saat pemerintahan Sultan Agung Hanyokrokusumo yang pemerintah di tahun 1613-1645 M, Sultan Agung ke-3 kerajaan Mataram. Beliau mengadakan Dekrit menentukan tahun baru Jawa di mulai tanggal 1 Suro di bersamakan dengan tahun baru Hijeriyah tanggal 1 Muharam dan di ikrarkan pada hari Jumat Legi Mongso Kaso ( Mongso Satu ) tahun 1555 Saka Jawa yang bertepatan dengan tahun 1043 Hijeriyah.
Pada saat pemerintahanya, beliau menyuruh prajuritnya yang bernama Joko Slewah dan saudara seperguruannya Ki Kambeng dan Ki Tuan Syeh Sho Semito untuk pergi ke wilayah Timur Jawa bagian selatan untuk mencacah jiwa, hingga sampailah di wilayah Kecamatan Dongko,
Lalu mereka mendirikan Pesanggrahan untuk tempat beristirahat.Kemudian mereka bertiga bersilahturohmi ke rumah warga dan pada saat itu mereka menerima keluhan warga, bahwa di Dongko ( zaman dahulu ) sering ada anggota keluarga ( batih ) pada saat keluar rumah lama tidak kembali.Ternyata tidak tahu jalan kemana harus pulang.lebih lanjut bisa baca Sejarah Singkat Ngetung Batih Di desa Dongko Kecamatan Dongko Kabupaten Trenggalek juga masih ada Sejarah Singkat Turonggo Yakso.
Upacara adat Ngetung Batih ini yang di jadwalkan dihadiri oleh Pendiri Musium Rekor Dunia Indonesia ( MURI ),Bupati Trenggalek Nur Arifin, Forkopimda, OPD, Forkopimcam Dongko dan Pemerintahan Desa Dongko.
Rangkaian upacara adat Ngetung Batih ini di gelar dan di ikuti 2.781 lebih besar yang di ajukan ke rekor MURI yang sebelumnya 2.500 peserta. Tarian jaranan ini di ikuti oleh Anak - anak mulai dari murid SD,SLTP,dan SLTA se Kecamatan Dongko. Pada saat acara inti di mulai di barengi turunnya hujan yang sangat deras, namun tidak mengurangi kesakralan menari Turonggo Yakso. Dan akhirnya acara usai di lanjutkan pengumuman dari perwakilan Rekor Muri,untuk menyampaikan hasil penilaianya yaitu, Tarian Turonggo Yekso masuk Rekor MURI 2024.
Writer: Khus_reog,Ambar
0 Komentar