Gambar : ilustrasi
Dari sebuah gang kecil di tengah kota Sampit, kota Mentaya dimana banyak sekali pendatang yang mengadu nasipnya di kota yang pada tahun 2001 menjadi sorotan dunia akan peristiwa yang maha dahzat, peristiwa dimana nyawa sudah tidak ada harganya, kerusuhan Sampit !
Tidak perlu saya ceritakan disini bagaimana peristiwa saat itu, yang jelas pada saat itu, sebut saja Amang !, dia baru berusia 19 tahun, lahir dari rahim seorang ibu dari suku Jawa, masa kecil Amang dihabiskan bersama kedua orang tuanya untuk mengadu nasip dengan berdagang di pasar sayur kota Sampit.
Sedari kecil Amang memang sudah terlihat beda dengan anak seusianya, punya perangai yang sok jago serta tidak pernah takut pada siapapun yang ditemuinya.Singkat cerita masa mudanya banyak bersinggungan dengan dunia hitam, saat itu kenakalannya sebatas berkelahi dan selalu menghabiskan uang orang tuanya, perlahan dan pasti, Amang menjadi seorang Preman Pasar yang semua orang pasti kenal dengan Amang, kenal karena perangainya, tetapi juga kenal karena rajinya Amang untuk mencari rejeki,( saat itu pasar sayur menjadi andalan untuk mengais rejeki).
Pekerjaan apa saja jika kita lakukan di pasar sayur atau pasar subuh tersebut pasti membuahkan hasil yang tidak sedikit, kuli panggul, kuli bongkar, penjaga malam, semuanya terasa dihargai apa yang mereka kerjaan dengan uang.
Singkat cerita Amang beristrikan seorang gadis primbumi dan mempunyai dua anak, kebahagian Amang begitu terlihat jelas dari raut mukanya.
Pada saat itu anak pertama Amang berumur lima tahun, Amang mulai menunjukan jati dirinya dari perkelahian, pencurian, perampokan dia lakukan bersama komplotanya yang akhirnya membuat dia masuk jeruji besi penjara selama hampir satu tahun dia jalani.
Bukan sadar dengan apa yang dia perbuat, kelakuan dia selepas dari jeruji penjara malah semakin menjadi, bukan hanya kelahi dan premanisme yang dia lakukan.
Setelah kerusuhan Sampit, Amang bak pendekar penguasa pasar subuh, banyak rejeki yang dia peroleh. kebiasaan minum minuman keras serta minum obat Doble L akhirnya kini beralih ke sabu, inilah awal hancurnya Amang sampai saat ini.
Kalau sudah menghisap barang haram itu Amang sudah tidak pedulikan orang tua bahkan keluarganya, anak - anaknya tumbuh dewasa dari sentuhan orang tua Amang ( kakek neneknya), dengan penuh kasih anak anak Amang tumbuh dewasa menjadi anak yang patuh kepada orang tuanya terutama ibu dan neneknya.
Amang terus damai dengan kehidupannya, dapat uang untuk menghisap sabu, dapat uang untuk bermain perempuan dan dapat uang untuk mencoba menjadi pengedar, Astaghfirullah!!!
Setahun dua tahun buat Amang aman dalam menjalankan bisnisnya, tidak terasa menginjak tahun ke lima Amang menjadi TO pihak kepolisian, ditangkaplah Amang dan menjalani hukuman selama empat tahun. Menurut cerita Si Amang di dalam penjara pun dia masih bisa bermain dengan serbuk laknat tersebut, bak pahlawan Pengedar sabu, Amang keluar penjara bukanya sadar malah bertambah gila untuk mengkonsumsi Narkoba tersebut, sampai sampai rumah dan kamarnya menjadi tempat untuk dia menghisap barang tersebut.
Sekarang Amang sudah menginjak umur 45 tahun, mungkin jika kelak aku mati, apakah aku mati karena mengkonsumsi serbuk ini??? gumanya...
Ada kata - kata yang kadang membuat kita yang mendengarkan merasa miris, ternyata di Amang juga ingin berhenti dan taubat, tetapi lingkungan serta sahabatnya Amang selalu menyeret ke lembah Serbuk Laknat tersebut.
Sekarang tinggal menunggu penyesalan si Amang, jauh dari anak istri juga keluarga bahkan istrinya bersiap untuk gugat cerai, si istri yang selama ini Amang sayangi.
Memang sangat sulit menghindari serta berhenti untuk mengkonsumsi barang haram tersebut, karena lingkungan Amang adalah lokasi dimana barang haram tersebut gampang dibeli dan dijumpai, hampir tiap lorong gang ada penjual serta pengecer barang haram tersebut, entah ini dibiarkan oleh aparat atau memang sengaja untuk mereka mengedarkannya,, semoga cerita ini bisa menjadi gambaran bahwa tidak ada barang haram itu bisa membawa kita kepada kebahagiaan ( bersambung)
0 Komentar