Sambil sibuk dengan alat dan barang haramnya "si Amang " dengan tenang dan tanpa dosa menikmati barang laknat itu, perlahan dan pasti segeralah menguap asap nikmat menurut si Amang, dengan lincahnya mulut Amang menghisap menggunakan alat yang dimodifikasi si Amang.
Kurang lebih sepuluh menit si Amang menikmati serbuk itu, barulah bercerita tentang nasip dan masa depannya lagi, walaupun dia sadar sulit untuk merubah keadaanya.
" Penjara itu bukan malah membuatku sadar mas, tetapi penjara salah satu lokasi aman dimana kita yang hobi dan penikmat serbuk laknat itu leluasa menikmatinya, tapi sudahlah mas, sekarang saya sudah diluar dan semoga cerita ini bisa menjadi gambaran bahwa narkoba tidak bisa membawa kita kepada kebahagiaan".
Secara lahiriyah fisik serta keadaan tubuh Amang sangat sempurna, badan kekar, kulit bersih walau bertato, tetapi tidak menunjukan seperti para pecandu pada umumnya ( maaf : lusuh, jorok, dsb)
Amang kelihatan segar bugar dan tidak seperti para pecandu barang haram itu, dia sangat sehat secara fisik, tetapi ada yang hilang dari hidup si Amang, rasa kepercayaan dari keluarga bahkan dari orang tuanya telah hilang, sirna, bahkan orang tuanya telah rela jika Amang betul - betul tidak bisa berubah lebih baik.
Selama kami dikota Mantaya dan bertemu Amang banyak cerita kelam dan keadaan diluar pemikiran manusia normal pada umumnya. Lingkungan Amang yang dikenal Texas nya kota Sampit seakan membawa kita ke kota di USA yang di berita - berita Youtobe menjadi kota zombie.
Dilingkungan serta sahabat Amang hampir 80% mereka pengguna ( bahkan sebagian pengecer) barang haram tersebut.
Masih menurut cerita Amang dan sebagian warga setempat yang umurnya sudah diatas lima puluh tahun mengamini bahwa lokasi daerahnya biasa untuk bertransaksi barang haram tersebut.Dari subuh sampai subuh lagi penggunaan dan peredaran barang haram tersebut sepertinya seperti hal wajib dan biasa mereka lakukan.
Memang sebagian warga pengguna bukan asli daerah tersebut, tetapi daerah ini menjadi basis atau basecamp para penikmat serbuk laknat.
Apakah aparat setempat membiarkan hal tersebut ?
Amang : sering juga mas penggebrekan didaerah ini bahkan hampir satu sampai tiga bulan pasti ada yang masuk bui.
Apakah yang ditangkap itu bandar atau pengecer ?
Amang :rata - rata pengecer kecil dan pengguna mas.
Dari mana barang haram itu diperoleh ?
Amang : kami tidak tahu mas, yang jelas ada yang nawari kita beli kita pakai, kita menikmati barang itu, kalau saya dulu barang yang kami jual dari jauh mas ( sambil mengisap sebatang rokoknya dia tidak mau menyebut dari kota mana atau bandar mana).
Apakah kamu masih tetap memakai barang haram itu ?
Amang : Belum tau mas, aku masih memikirkan bagaimana aku bisa berhenti dan tidak hidup dilingkungan ini lagi, tapi aku harus dimana? Aku juga belum berfikir jauh.( Bahasa Amang mengambang)...
Yang jelas empat hari aku berkumpul dengan Amang dan komunitasnya jadi paham betul apa yang mereka rasakan, hidup tiada arti, penjara bukan lagi tempat yang angker, matipun siap setiap saat.
Banyak sekali anak seumuran remaja mati muda karena barang haram ini tetapi generasi - generasi sesudahnya masih saja, seakan tidak ada jeranya untuk tidak menyentuh barang haram tersebut.
" Doakan kami semua bisa lepas dan hidup normal seperti orang-orang waras yang lainya, tanpa narkoba dan tanpa kemunafikan" karena saya juga ingin taobat nasuha, dan semoga jika istriku dan anak - anaku membaca tulisan pean bisa memahami apa yang aku rasakan saat ini.Kadang pula ingin mengakhiri hidup jika ingat dosa yang sudah kami perbuat didunia.
Itulah cerita empat hari kami bersama orang - orang yang butuh kita bantu dan kita sadarkan tanpa harus menyalahkan mereka, kenapa mereka jadi berbuat begitu, hanya merekalah yang tau.Kita sebagai sahabat, tetangga, bahkan saudara harus lebih berfikir yang bisa membuat mereka kembali ke jalan yang benar, seperti si Amang yang bersiap taubatan nasuha, kita lihat cerita selanjutnya Amang, ingin hidup baik dan normal atau menikmati hidup hampa dengan narkoba dan hidup sengsara karena jauh dari keluarga.
Jangan mencoba tau rasa ingin tahu serbuk laknat tersebut jika anda tidak ingin masuk kedalam lembah hina karena narkoba, hindari ! Biarlah kami yang sudah begini yang merasakan betapa bodohnya kami " Kenikmatan sesaat membuat kami Sekarat ". Tutur Amang yang di amini semua penghuni gang sempit di Kota Sampit tersebut.
Semoga cerita Amang bisa membuat kita sadar akan posisi dan kiblat kita sebagai manusia normal dan beradap, manusia ciptaan Tuhan yang diberi akal dan pikiran.aminn
Narkoba membunuhmu.
(Selesai - Sampit 18 Maret 2024)
Sumber berita :
Amang ( nama samaran)
Kelahiran Surabaya 1980
Suku Jawa, dan menetap di Sampit Kalteng
√ nama lengkap dan alamat serta kediaman narasumber bisa tanya langsung ke Redaksi.
0 Komentar