Cerita tentang kota Sampit tidak pernah akan habis, mulai dari kulinernya, wisatanya, perkebunannya, juga ramainya perdagangan serta geliat ekonomi yang begitu luar biasa.
Perang saudara tahun 2001 seakan sudah tidak berpengaruh lagi kepada warga yang saat ini berada di kota Sampit, baik warga pendatang maupun warga lokal, semua berbaur menjadi satu untuk meneruskan roda kehidupan mereka.
Roda perekonomian berjalan sangat hebat dan luar biasa terutama di sektor perdagangan. Di Sampit ada salah satu tempat atau pasar subuh letaknya tepat dibelakang eks gedung bioskop Golden, disinilah awal aku mengenal daerah Sampit.
Kalau dilihat dari lokasi masuknya terlihat aman - aman saja serta normal seperti lokasi dimana terdapat jual beli barang di pasar yang lainya.
Tahun 1990, saat itu aku baru lulus SMPN, belakang Golden ( semua menyebutnya)terasa indah damai serta kerukunanya terjaga baik suku Jawa, Madura, Dayak ataupun suku lain yang menempati daerah belakang Golden.
Aku sendiri juga menempati sebidang tanah dipingiran sungai yang di bangun oleh keluargaku.
Singkat cerita, aku hidup damai di belakang Golden dengan berbagai macam kehidupan.
Ada cerita yang sangat menarik disaat aku berada di lokasi tersebut, tiap air laut pasang sungai yang berada di lingkungan belakang Golden pasti meluap airnya, bening, banyak ikan yang muncul, bahkan kita bisa berenang di sungai tersebut.
Beda untuk saat ini, sungai tersebut bukan lagi bisa untuk bermain atau berenang, melihatnya saja kita jijik, sampah berserakan, sungai jadi dangkal dan kotor, yang disebabkan ulah masyarakatnya sendiri.
Kerusuhan tahun 2001 banyak rumah orang Madura yang rata dengan tanah di belakang Golden, habis dibakar dan ditinggalkan penghuninya, sehingga saat itu lokasi yang dulunya damai serta enak ditempati menjadi daerah yang amat menyedihkan, tinggal beberapa penghuni saja yang bertahan, itu saja dari suku Banjar, Jawa, serta Dayak, yang notabene orang lama yang mempunyai rumah disitu.
Selang beberapa tahun kerusuhan, " Deklarasi Damai " telah di dengungkan oleh pihak pemerintahan kota Waringin Timur ( Sampit )bersama suku yang bertikai, singkat cerita baik suku yang bertikai atau suku manapun bisa masuk kembali beraktifitas di kota Sampit dengan catatan saling menghargai antar sesama.
Geliat ekonomi berjalan pesat pada saat ini, betul betul Sampit menjadi kota kecil yang hebat didalam perekonomiannya terutama perdagangannya.
Belakang Golden yang dulunya sebuah gang kecil yang didalamnya ada beberapa petak kios untuk berjualan, sekarang menjadi pusatnya penjualan sayur mayur, bahkan disamping Kantor Kodim kota Sampit juga menjadi sentra penjualan sayur mayur serta pedangan kelontongan yang lain.
Cerita belakang Golden wajib saya sampaikan, dan saya mohon maaf jika apa yang saya sampaikan bisa menyinggung perasaan kawan, sahabat, serta saudara saya yang hidupnya masih bergantung pada barang haram yaitu Narkoba jenis Sabu.
Miris ! Belakang Golden saat ini dicap sebagai lokasi dimana peredaran narkotika begitu masif, penjualan serta pemakaian secara terang terangan sudah menjadi soal biasa, orang tua, remaja, anak-anak, sudah biasa memegang barang haram tersebut.
Memang tidak semua warga yang bertempat tinggal di belakang Golden seorang pecandu atau pengedar, mereka berdampingan serta bersosialisasi bersama warga lain dengan damai tanpa ada yang saling menyalahkan.
Soal yang lainya sebagai pemakai, pecandu atau pengedar narkotika, mereka cuek dan masa bodoh. Yang penting mereka masih bisa bekerja dan beranak Pinak di belakang Golden.
Ada dua akses jalan yang lazim dipakai olah semua warga yang akan masuk dilingkungan belakang Golden, yang pertama dari gang kecil di samping ek Gedung Bioskop Golden, serta jika lewat jalan Panjaitan masuk gang yang namanya " Tiung ".
Bagi masyarakat yang baru masuk di Belakang Golden mungkin akan merasa takut atau ada rasa was was jika melihat fenomena yang ada.
Para pemakai dan pecandu barang haram itu biasa berlalu lalang dalam membawa atau menjajakan dagangannya, mereka seakan tidak pernah takut kepada aparat kepolisian yang kadang juga melewati lorong lorong tersebut, yang artinya saat ini belakang Golden menjadi tempat favorit bagi para pecandu Narkoba.
Akankah belakang Golden yang dulu adalah tempat yang indah, bersih, dan penuh cerita yang bagi suku pendatang menjadi buminya untuk beranak Pinak bersih dari Aktifitas peredaran Barang haram tersebut?? Hanya waktu yang akan menjawabnya.
" Mohon maaf jika ceritaku ini bisa melukai hati warga belakang Golden, tapi saya cerita karena saya hidup disini, di belakang Golden "
Saya prihatin banyaknya sahabatku yang mati muda karena minuman keras serta narkoba, bahkan ada yang gila gara gara barang haram ini, semoga Tuhan yang Mahe Esa membukaan hati mereka agar segera berhenti memakai barang haram tersebut.
Jangan ada lagi cerita Belakang Golden Surganya para pecandu Narkoba !
Inilah cerita singkat dari penghuni belakang Golden yang sampai saat ini masih bertahan, karena menurut beliau belakang Golden sudah menjadi buminya, anak istrinya hidup dan mencari rejeki dari lokasi tersebut, keluarga bahkan orang tuanya masih menjadi satu dengan beliau.( Bersambung )
0 Komentar