Tapi sebelum kita melihat secara langsung pencoblosan terlebih dahulu saya harus mengatakan dan bercerita, jauh sebelum pesta demokrasi dilaksanakan 14 Pebruari 2024 ada cerita yang mungkin bisa kita lihat tiap lima tahunan sekali, apa itu ?
Pokoknya 100 ribu kami coblos, kata anak anak muda yang duduk bergerombol di salah satu pos kampling di sebuah desa yang seharusnya kata - kata seperti itu tidak akan keluar dari mulut seorang warga desa tersebut.
Tapi begitulah fenomena yang terjadi saat ini, pemilu sekarang menjadi ladang rejeki bagi warga desa yang mempunyai hak pilih, pemilu 5 tahun yang lalu praktek beli suara juga terjadi tetapi tidak seperti tahun ini, apakah karena bebarengan dengan pilihan Presiden??? Atau memang masyarakat sudah jenuh dengan apa yang dijanjikan para wakilnya di Dewan Perwakilan Rakyat, yang hanya banyak janji serta jika jadi Dewan mereka lupa, sehingga uang 50.000 -100.000 menjadi senjata mereka dalam memilihnya.
Memang dilapangan banyak sekali kita jumpai praktek- praktek pembelian suara baik melalui team sukses, melalui RT RT, bahkan calon Anggota Dewanya sendiri turun gunung.
Operandi mereka ada yang secara mandiri memilih calon Dewan Daerah sendiri tetapi banyak juga yang sistem paket, mulai dari DPRD daerah, DPRD propinsi dan DPR RI kita menjumpai amplop berisi uang 100 ribuan plus gambar calon yang harus kita coblos.
Ini rejeki mas, lima tahun sekali wajar kasih rejeki buat kita.
Tetap jika mereka kasih ya kita terima mas, lumayan bisa buat belanja bersama keluarga, ucap Eka salah satu warga desa yang menerima uang 100 RB untuk mencoblos jagonya.
Beda lagi dengan Riski, dia berharap semoga para dewan itu tidak hanya bisa memberi uang 100 RB dan jadi dewan, tetapi seharusnya selalu turun gunung dan berusaha mengenalkan diri sehingga masyarakat tau siapa dewan yang kita pilih, ujarnya.
Tapi terlepas salah atau tidak membagikan uang untuk memilihnya, saya yakin masyarakat merasa senang diberi uang.
Cara jitu seorang anggota dewan untuk meraup suara banyak dengan cara memberikan uang yang seharusnya ini dilarang dilakukan, tapi bagaimana kita melarangnya??? Itu hak mereka untuk menjadi menang.
Tetapi yang harus kita pahamkan, sistim penekanan dan harus memilih salah satu dewan melalui lingkungan dan RT ini yang harus kita cermati, jangan sampai ada kata- kata "jika g manut lingkungan kita kucilkan" (jika g nurut lingkungan warga dikucilkan).
Kata kata seperti itu seharusnya tidak perlu keluar, apakah didalam bilik kita tau siapa yang kita coblos??? Apakah team atau pak RT ( yang menjadi motor penggerak)yakin bahwa warganya mencoblos jagonya???
Saya kira cara cara memberi uang untuk mencoblos itu tidak dibenarkan, tetapi jika tidak memberi uang apakah yakin masyarakat mencoblosnya?? 1001 orang punya pikiran seperti itu, dan masyarakat banyak yang bilang ada uang pasti kami coblos,jadi masyarakat sekarang dibutakan dengan uang 100 RB tanpa melihat kwalitas serta mutu seorang calon anggota dewan.
Begitulah fenomena yang terjadi lima tahunan sekali ini, kita sebagai masyarakat dan warga negara RI wajib dan mensukseskan pemilu untuk berjalanya roda pemerintahan yang ada sekarang ini.
Wajib mencoblos dan tidak Golput adalah salah satu harapan kita, karena satu suara bisa menentukan arah bangsa.Terlepas siapa jagonya di gedung MPR/ DPR, DPD, serta siapa Presidennya kita wajib menghargai cara dan pola calon pemimpin Bangsa untuk menjadi Pemimpin negara. ( Bersambung)
0 Komentar